Seminar Proposal

Model Komunikasi Partisipatif dalam Membangun Organizational Citizenship Behavior (OCB) untuk Optimalisasi Kinerja Webometrics di Universitas Lampung

(Tesis)

Oleh

HARNO

logo-unila-statuta-final-4.png

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2024

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI 2

I. PENDAHULUAN 3

A. Latar Belakang 3

B. Rumusan Masalah 8

C. Tujuan Penelitian 9

D. Manfaat Penelitian 9

II. TINJAUAN PUSTAKA 14

A. Penelitian Terdahulu 14

B. Konsep Dasar Komunikasi 18

C. Model-Model Komunikasi dalam Organisasi 21

D. Organizational Citizenship Behavior (OCB) 28

E. Dimensi-dimensi OCB 29

F. Pengaruh OCB terhadap Kinerja Organisasi 32

G. Definisi dan Tujuan Webometrics 33

H. Indikator Pemeringkatan Webometrics 34

I. Hubungan antara OCB dan Kinerja Pemeringkatan Webometrics 36

J. Kerangka Pikir 37

III. METODE PENELITIAN 39

A. Tipe Penelitian 39

B. Lokasi Penelitian 40

C. Fokus Penelitian 41

D. Sumber Data 42

E. Kriteria Informan dan Penentuan Informan 44

F. Teknik Pengumpulan Data 46

G. Teknik Analisis Data 48

H. Teknik Keabsahan Data 49

DAFTAR PUSTAKA 51

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Komunikasi internal memiliki peran sentral dalam keberhasilan organisasi, termasuk di dalam institusi pendidikan tinggi seperti universitas. Dalam konteks universitas, komunikasi internal bukan hanya sarana untuk menyampaikan informasi tetapi juga merupakan media strategis yang mempengaruhi kinerja institusi secara keseluruhan, terutama dalam kaitannya dengan partisipasi aktif para karyawan dan Tenaga Pendidik (Dosen) dalam mencapai tujuan organisasi (Argenti, 2015). Seiring dengan meningkatnya persaingan global antar universitas, aspek komunikasi internal yang efektif dan perilaku positif dari sivitas akademik menjadi semakin penting untuk mendorong produktivitas dan reputasi universitas di kancah internasional, khususnya melalui pemeringkatan Webometrics.

Pemeringkatan Webometrics adalah salah satu indikator kunci yang menunjukkan visibilitas dan dampak online universitas secara global. Webometrics menilai sejauh mana universitas mampu menghadirkan konten akademik yang berkualitas, terbuka, dan berdampak melalui berbagai platform digital (Aguillo, 2010). Peningkatan peringkat Webometrics tidak hanya berkontribusi pada reputasi universitas, tetapi juga mendukung daya saing dalam menarik mahasiswa, akademisi, dan mitra internasional. Namun, capaian ini sangat bergantung pada peran aktif sivitas akademik dalam menghasilkan konten digital berkualitas dan mendukung visibilitas online universitas.

Dalam kaitannya dengan upaya meningkatkan kinerja Webometrics, Organizational Citizenship Behavior (OCB) merupakan faktor penting yang dapat mendorong partisipasi sukarela karyawan dalam tugas-tugas yang tidak secara langsung diatur dalam tanggung jawab formal mereka, tetapi sangat berkontribusi terhadap kesuksesan organisasi (Podsakoff et al., 2000). OCB mencakup tindakan-tindakan seperti membantu rekan kerja, mengambil inisiatif dalam kegiatan promosi universitas, hingga keterlibatan aktif dalam pembuatan konten akademik dan digital. Dengan demikian, OCB memainkan peran krusial dalam mendukung pencapaian kinerja Webometrics yang lebih baik.

Namun, keberhasilan OCB dalam mendukung peningkatan kinerja universitas sangat dipengaruhi oleh efektivitas komunikasi internal (Robbins & Judge, 2018). Komunikasi yang jelas, terbuka, dan dua arah dapat meningkatkan keterlibatan karyawan, memperkuat rasa memiliki, dan memotivasi mereka untuk terlibat lebih aktif dalam kegiatan-kegiatan yang mendukung tujuan strategis universitas. Sebaliknya, komunikasi yang buruk seringkali menjadi hambatan bagi partisipasi sukarela dan inisiatif karyawan dalam memberikan kontribusi tambahan.

Berdasarkan konteks tersebut, Universitas Lampung saat ini menghadapi tantangan dalam meningkatkan kinerja Webometrics, dimana partisipasi aktif dari karyawan dan akademisi dalam menghasilkan dan mempromosikan konten digital masih terbatas. Salah satu faktor yang diduga berkontribusi terhadap rendahnya partisipasi ini adalah komunikasi internal yang belum optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi hubungan antara komunikasi internal, OCB, dan kontribusi terhadap kinerja Webometrics, serta mengembangkan model komunikasi yang efektif untuk meningkatkan OCB dan kinerja pemeringkatan Webometrics di Universitas Lampung.

Tina Kartika (2020) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa efektivitas komunikasi organisasi di Universitas Lampung dapat ditingkatkan melalui penerapan sistem administrasi yang terintegrasi. Hal ini menunjukkan pentingnya komunikasi yang baik dalam menciptakan kolaborasi yang efektif di antara berbagai unit di universitas. Dengan mengembangkan model komunikasi yang mendorong perilaku OCB, diharapkan dapat tercipta sinergi yang kuat antara staf akademik dan non-akademik dalam upaya meningkatkan kualitas konten yang disajikan di situs web universitas. Sinergi ini tidak hanya akan meningkatkan kualitas informasi yang disampaikan, tetapi juga memperkuat identitas universitas di tingkat nasional dan internasional.

Gambar 1. Riwayat Peringkat Webometrics Unila rentang 2014-2024 (Data diolah oleh peneliti 2024)

Dalam penelitian ini, terdapat beberapa problematik utama yang perlu dipecahkan:

  1. Efektivitas Komunikasi Internal: Apakah komunikasi internal yang saat ini diterapkan di Universitas Lampung sudah efektif dalam mendukung partisipasi sivitas akademik dalam kegiatan yang mendukung visibilitas universitas?

  2. Hubungan Komunikasi Internal dan OCB: Bagaimana komunikasi internal mempengaruhi tingkat OCB sivitas akademik? Apakah komunikasi yang lebih baik akan meningkatkan perilaku sukarela yang mendukung kinerja universitas?

  3. Pengaruh OCB terhadap Kinerja Webometrics: Sejauh mana OCB sivitas akademik mempengaruhi kontribusi mereka terhadap kinerja Webometrics? Apakah sivitas akademik yang memiliki tingkat OCB tinggi berperan lebih signifikan dalam pembuatan konten digital dan kegiatan promosi universitas?

Berdasarkan masalah-masalah di atas, hipotesis dalam penelitian ini adalah:

  • Hipotesis 1 (H1): Komunikasi internal yang efektif memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan OCB karyawan.

  • Hipotesis 2 (H2): OCB karyawan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kontribusi karyawan dalam peningkatan kinerja pemeringkatan Webometrics.

  • Hipotesis 3 (H3): Komunikasi internal yang baik berkontribusi secara tidak langsung terhadap peningkatan kinerja Webometrics melalui peningkatan OCB sivitas akademik.

Penelitian ini dianggap penting karena menyentuh aspek krusial dalam peningkatan kinerja universitas di era digital, yakni keterlibatan sivitas akademik melalui komunikasi internal yang efektif dan perilaku OCB yang mendukung. Pentingnya penelitian ini dapat dilihat dari beberapa perspektif:

  1. Bagi Universitas Lampung: Penelitian ini dapat memberikan rekomendasi praktis untuk meningkatkan efektivitas komunikasi internal di universitas, yang pada akhirnya berpotensi meningkatkan partisipasi sivitas akademik dalam mendukung kinerja universitas, khususnya dalam pemeringkatan Webometrics. Hal ini penting bagi Universitas Lampung untuk mempertahankan dan meningkatkan reputasinya di tingkat nasional dan internasional, yang berdampak langsung pada daya saing dalam menarik mahasiswa, akademisi, serta mitra global.

  2. Bagi Akademisi dan Praktisi Komunikasi Organisasi: Penelitian ini dapat memberikan kontribusi teoritis dalam memahami hubungan antara komunikasi internal dan OCB di lingkungan pendidikan tinggi. Selain itu, penelitian ini dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai peran OCB dalam konteks pemeringkatan universitas, yang belum banyak dieksplorasi dalam penelitian sebelumnya.

  3. Bagi Dunia Pendidikan Tinggi Secara Umum: Universitas-universitas di Indonesia dan di seluruh dunia menghadapi tantangan serupa dalam meningkatkan visibilitas online dan reputasi global. Oleh karena itu, temuan dari penelitian ini dapat diadaptasi oleh universitas lain yang ingin memperkuat strategi komunikasi internal dan mendorong perilaku OCB yang lebih proaktif di antara sivitas akademik untuk mendukung peningkatan peringkat Webometrics.

Penelitian ini bertujuan untuk memecahkan problematik terkait komunikasi internal dan OCB di Universitas Lampung, dengan fokus pada bagaimana kedua faktor ini mempengaruhi kinerja universitas dalam pemeringkatan Webometrics. Pentingnya penelitian ini terletak pada kontribusinya terhadap peningkatan strategi komunikasi organisasi di institusi pendidikan tinggi serta peran OCB dalam mendukung reputasi global universitas.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

  1. 1. Bagaimana efektivitas komunikasi internal di Universitas Lampung?

  2. 2. Bagaimana komunikasi internal mempengaruhi perilaku OCB sivitas akademik?

  3. Bagaimana OCB mempengaruhi kontribusi sivitas akademik terhadap kinerja Webometrics?

  4. Bagaimana model komunikasi internal dapat dikembangkan untuk meningkatkan OCB dan kinerja Webometrics Universitas Lampung?

Tujuan Penelitian

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan model komunikasi partisipatif yang berbasis OCB yang dapat meningkatkan kinerja pemeringkatan Webometrics Universitas Lampung. Secara lebih spesifik, tujuan penelitian ini adalah:

  1. Menganalisis efektivitas komunikasi internal di Universitas Lampung.

  2. Mengidentifikasi hubungan antara komunikasi internal dan perilaku OCB.

  3. Menganalisis pengaruh OCB terhadap kontribusi sivitas akademik dalam kinerja Webometrics.

  4. Mengembangkan model komunikasi yang dapat meningkatkan OCB dan kinerja Webometrics Universitas Lampung.

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

  1. Manfaat teoritis dari penelitian ini antara lain:

  • Memperkaya Pemahaman tentang Komunikasi Internal dalam Organisasi: Penelitian ini akan memperdalam pemahaman tentang bagaimana komunikasi internal berfungsi dalam mendorong perilaku sukarela (OCB) di antara karyawan. Dalam konteks komunikasi organisasi, penelitian ini menawarkan perspektif baru mengenai hubungan antara komunikasi yang efektif dan peningkatan OCB, yang berdampak langsung pada kinerja organisasi. Ini dapat berkontribusi pada pengembangan lebih lanjut dari Teori Komunikasi Organisasi (Jablin, 1987), terutama dalam mengkaji peran komunikasi dalam memfasilitasi keterlibatan karyawan di luar tugas formal mereka.

  • Kontribusi terhadap Pengembangan Konsep OCB di Institusi Pendidikan: Kebanyakan penelitian tentang Organizational Citizenship Behavior (OCB) difokuskan pada sektor bisnis atau manufaktur. Penelitian ini memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pemahaman OCB dalam konteks pendidikan tinggi, terutama di universitas. Studi ini akan menunjukkan bagaimana perilaku sukarela karyawan, seperti membantu rekan kerja, mempromosikan universitas, atau berpartisipasi dalam kegiatan di luar tugas utama mereka, berperan dalam meningkatkan kinerja institusi.

  • Hubungan antara OCB dan Kinerja Webometrics: Penelitian ini juga memberikan kontribusi baru dalam literatur yang menghubungkan OCB dengan kinerja Webometrics, yang mengukur visibilitas dan reputasi universitas di ranah digital. Studi ini dapat menjadi landasan untuk penelitian lebih lanjut mengenai bagaimana kontribusi karyawan secara sukarela dalam pembuatan konten digital dan promosi universitas dapat mempengaruhi pemeringkatan Webometrics.

  1. Manfaat praktis penelitian ini meliputi:

  • Meningkatkan Kinerja Pemeringkatan Webometrics Universitas Lampung: Salah satu manfaat praktis utama dari penelitian ini adalah memberikan rekomendasi konkret untuk Universitas Lampung dalam meningkatkan strategi komunikasi internal yang mampu mendorong perilaku OCB di kalangan karyawan dan dosen. Hasil penelitian ini dapat membantu universitas untuk meningkatkan keterlibatan karyawan dalam kegiatan pembuatan konten digital, publikasi ilmiah terbuka, dan promosi online yang berkontribusi pada peningkatan peringkat Webometrics. Dengan meningkatnya peringkat Webometrics, universitas akan memperoleh reputasi yang lebih baik di tingkat nasional dan internasional, yang pada akhirnya akan meningkatkan daya tarik universitas bagi calon mahasiswa, akademisi, dan mitra internasional.

  • Pengembangan Model Komunikasi Internal yang Efektif: Penelitian ini akan menghasilkan model komunikasi internal yang lebih efektif, yang dapat diterapkan oleh manajemen universitas untuk memperbaiki sistem komunikasi yang ada. Model ini diharapkan dapat meningkatkan kejelasan informasi, keterbukaan, dan interaksi dua arah antara manajemen dan karyawan, yang pada akhirnya akan memotivasi karyawan untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan yang mendukung tujuan strategis universitas.

  • Peningkatan Keterlibatan dan Motivasi Karyawan: Dengan meningkatkan efektivitas komunikasi internal, penelitian ini akan membantu meningkatkan keterlibatan dan motivasi karyawan untuk berperilaku proaktif dalam mendukung kinerja universitas. Komunikasi yang terbuka dan transparan akan menciptakan lingkungan kerja yang lebih positif, di mana karyawan merasa didukung dan dihargai. Ini penting untuk mendorong OCB, seperti membantu rekan kerja, berkontribusi dalam kegiatan promosi, dan partisipasi aktif dalam pengembangan institusi.

  • Rekomendasi untuk Kebijakan Pengembangan Sumber Daya Manusia: Penelitian ini juga memberikan dasar untuk pengembangan kebijakan SDM di Universitas Lampung. Temuan-temuan penelitian ini dapat digunakan oleh manajemen universitas untuk menyusun kebijakan yang lebih mendukung karyawan dalam berkontribusi terhadap peningkatan kinerja universitas. Selain itu, kebijakan pengembangan SDM yang berbasis pada komunikasi internal yang efektif dan OCB dapat memperkuat hubungan antara manajemen dan karyawan, serta meningkatkan produktivitas dan inovasi di seluruh organisasi.

  1. Manfaat akademis yang ditawarkan antara lain:

  • Menjadi Sumber Referensi bagi Penelitian Lanjutan: Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi penting bagi akademisi dan peneliti yang tertarik untuk melakukan penelitian lanjutan di bidang komunikasi organisasi dan perilaku organisasi. Khususnya, penelitian ini dapat menjadi dasar bagi penelitian-penelitian yang lebih dalam mengenai peran OCB dalam meningkatkan kinerja institusi pendidikan tinggi di era digital.

  • Membuka Ruang untuk Diskusi Akademis Lebih Lanjut: Penelitian ini akan membuka ruang diskusi mengenai hubungan antara komunikasi internal, OCB, dan kinerja institusi dalam konteks pendidikan tinggi, yang saat ini masih relatif sedikit dibahas dalam literatur. Penelitian ini dapat memicu studi-studi lain yang mengeksplorasi bagaimana institusi pendidikan dapat mengoptimalkan potensi karyawan melalui komunikasi yang lebih baik.

  • Mengembangkan Materi Pembelajaran di Bidang Komunikasi Organisasi: Penelitian ini dapat digunakan sebagai materi pembelajaran di program studi Ilmu Komunikasi, terutama dalam mata kuliah yang terkait dengan komunikasi organisasi, komunikasi internal, dan perilaku organisasi. Dengan demikian, penelitian ini dapat memberikan kontribusi langsung pada pengembangan kurikulum di bidang ini.

TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian Terdahulu

Dalam kajian ini, penting untuk memahami bagaimana penelitian-penelitian sebelumnya telah mengembangkan model komunikasi yang berkaitan dengan Organizational Citizenship Behavior (OCB) dan dampaknya terhadap kinerja organisasi. Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa komunikasi yang efektif dalam organisasi dapat meningkatkan perilaku OCB di kalangan karyawan, yang pada gilirannya berkontribusi pada peningkatan kinerja organisasi. Penelitian terdahulu memberikan landasan bagi pengembangan model komunikasi yang lebih baik dalam konteks OCB, serta relevansinya dengan pemeringkatan Webometrics di Universitas Lampung.

Salah satu penelitian yang relevan adalah yang dilakukan oleh Sari et al. (2021), yang mengkaji pengaruh kepemimpinan, komitmen organisasi, dan kepuasan kerja terhadap OCB pegawai di Kantor Pertanahan Kabupaten Lampung Timur. Penelitian ini menunjukkan bahwa kepemimpinan yang baik dan tingkat kepuasan kerja yang tinggi berkontribusi signifikan terhadap perilaku OCB. Temuan ini menegaskan pentingnya komunikasi efektif dalam membangun hubungan yang baik antara pimpinan dan pegawai, yang merupakan salah satu aspek kunci dalam pengembangan model komunikasi OCB.

Selain itu, penelitian oleh Khiong et al. (2022) menunjukkan bagaimana kepemimpinan digital dan berbagi pengetahuan dapat mempengaruhi OCB dan kinerja sekolah vokasi. Penelitian ini menyoroti pentingnya komunikasi yang jelas dan terbuka dalam menciptakan lingkungan kerja yang mendukung perilaku OCB. Dengan demikian, hasil-hasil ini memberikan wawasan berharga untuk penelitian lebih lanjut dalam konteks pemeringkatan Webometrics di Universitas Lampung.

Penelitian-penelitian ini menunjukkan bahwa OCB tidak hanya dipengaruhi oleh faktor internal organisasi, tetapi juga oleh faktor eksternal seperti reputasi dan pemeringkatan. Dengan meningkatnya perhatian terhadap pemeringkatan Webometrics, penting untuk mengeksplorasi bagaimana OCB dapat berkontribusi pada peningkatan kinerja pemeringkatan universitas. Oleh karena itu, pengembangan model komunikasi yang mengintegrasikan OCB dan pemeringkatan Webometrics menjadi sangat relevan.

Dengan memahami hasil-hasil dari penelitian terdahulu, penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model komunikasi OCB yang lebih holistik dan aplikatif dalam konteks Universitas Lampung. Melalui pendekatan ini, diharapkan dapat ditemukan strategi yang efektif untuk meningkatkan kinerja pemeringkatan Webometrics dengan memanfaatkan perilaku OCB karyawan.

Tabel 1. Penelitian Terdahulu tentang Model Komunikasi Organizational Citizenship Behavior (OCB)

No

Peneliti

Judul dan Jenis Penelitian

Tujuan Penelitian

Hasil Penelitian

Perbedaan Penelitian

1.

Sari, E., Anggraini, D. K., & Dharmawan, Y. Y.

Pengaruh Kepemimpinan, Komitmen Organisasi Dan Kepuasan Kerja Terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) Pegawai Kantor Pertanahan Kabupaten Lampung Timur, Tahun 2021.

Penelitian Kuantitatif

Mengetahui pengaruh kepemimpinan, komitmen organisasi, dan kepuasan kerja terhadap OCB pegawai

Penelitian ini menemukan bahwa kepemimpinan yang efektif dan kepuasan kerja yang tinggi memiliki pengaruh positif signifikan terhadap OCB. Hal ini menunjukkan pentingnya komunikasi yang baik dalam organisasi untuk mendorong perilaku OCB.

Penelitian oleh Sari, E., Anggraini, D. K., & Dharmawan, Y. Y.. lebih menekankan pada kepemimpinan dan kepuasan kerja di sektor publik

2

Khiong, K., Ismoyo, T., Diono, W., Pramono, E., Putra, R. S., & Yonata, H.

The Role of Digital Leadership, Knowledge Sharing, Leader Member Exchange (LMX) on Organizational Citizenship Behaviour (OCB) and Vocational school Performance

Menganalisis pengaruh kepemimpinan digital dan berbagi pengetahuan terhadap OCB dan kinerja sekolah vokasi.

Penelitian ini menunjukkan bahwa kepemimpinan digital dan berbagi pengetahuan memiliki pengaruh positif terhadap OCB dan kinerja sekolah. Ini menunjukkan bahwa komunikasi yang efektif dapat meningkatkan kinerja organisasi melalui perilaku OCB

Penelitian yang dilakukan Khiong, K., Ismoyo, T., Diono, W., Pramono, E., Putra, R. S., & Yonata, H. berfokus pada kepemimpinan digital dalam konteks sekolah vokasi.

3

Lestari, C. V., & Jayanegara, O.

Influence of transformational leadership, job satisfaction, and organizational commitment on organizational citizenship behavior (OCB) in XYZ hospital nurses in Lampung

Untuk menganalisis pengaruh kepemimpinan transformasional, kepuasan kerja, dan komitmen organisasi terhadap OCB.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemimpinan transformasional dan kepuasan kerja memiliki dampak positif terhadap OCB di kalangan perawat. Penelitian ini menekankan pentingnya komunikasi yang baik dalam menciptakan lingkungan kerja yang mendukung perilaku OCB

Penelitian yang dilakukan Lestari, C. V., & Jayanegara, O mengeksplorasi OCB dalam konteks rumah sakit dengan pendekatan kepemimpinan transformasional.

Dari penelitian-penelitian di atas, terlihat bahwa OCB di sektor pendidikan tidak hanya meningkatkan kinerja individu, tetapi juga memperkuat kinerja institusi secara keseluruhan, termasuk dalam pencapaian tujuan akademik, peningkatan kualitas layanan, dan perbaikan reputasi universitas. OCB mendorong keterlibatan yang lebih tinggi dari dosen, staf, dan karyawan dalam berbagai kegiatan, yang berkontribusi pada pencapaian kinerja institusi yang lebih baik di berbagai aspek, termasuk peningkatan peringkat Webometrics.

Konsep Dasar Komunikasi

Komunikasi adalah proses pertukaran informasi, ide, emosi, dan pesan antara individu atau kelompok untuk mencapai pemahaman bersama. Dalam konteks organisasi, komunikasi berfungsi sebagai mekanisme yang menghubungkan seluruh elemen organisasi untuk bekerja menuju tujuan yang sama (Robbins & Judge, 2018).

Elemen-Elemen Dasar Komunikasi dalam Organisasi:

  1. Pengirim (Sender): Individu atau entitas yang memulai pesan. Dalam organisasi, pengirim bisa berupa manajemen atau karyawan.

  2. Pesan (Message): Isi informasi yang dikomunikasikan, baik secara verbal maupun nonverbal. Pesan ini dapat berupa instruksi, ide, atau laporan.

  3. Saluran (Channel): Media yang digunakan untuk menyampaikan pesan, seperti email, rapat, atau platform komunikasi lainnya.

  4. Penerima (Receiver): Orang atau kelompok yang menerima pesan. Pemahaman dan interpretasi penerima menentukan keberhasilan komunikasi.

  5. Umpan Balik (Feedback): Reaksi atau respon penerima terhadap pesan yang diterima, yang membantu pengirim memahami apakah pesan tersampaikan dengan baik.

  6. Gangguan (Noise): Hambatan yang mempengaruhi proses komunikasi, seperti gangguan fisik, kesalahpahaman, atau perbedaan persepsi.

Komunikasi yang efektif memerlukan kejelasan, keterbukaan, dan pemilihan saluran yang tepat agar setiap pihak dalam organisasi dapat bekerja selaras.

.

Komunikasi internal adalah tulang punggung operasional dalam organisasi, termasuk universitas. Komunikasi internal yang efektif menciptakan koordinasi antar unit, memperkuat pemahaman visi dan misi organisasi, serta meningkatkan keterlibatan karyawan dalam mencapai tujuan bersama (Argenti, 2015). Dalam konteks organisasi pendidikan, seperti universitas, komunikasi internal yang baik memungkinkan karyawan, Tenaga Pendidik (Dosen), dan mahasiswa untuk bekerja secara kolaboratif, sehingga menciptakan lingkungan kerja yang harmonis dan produktif.

Komunikasi internal berfungsi dalam beberapa aspek penting, antara lain:

  1. Koordinasi dan Kolaborasi: Komunikasi yang efektif memastikan bahwa berbagai departemen dan unit kerja dalam organisasi bekerja selaras untuk mencapai tujuan organisasi. Ini penting dalam lingkungan universitas, di mana banyak unit terpisah bekerja secara mandiri tetapi tetap harus mendukung tujuan strategis yang sama (Robbins & Judge, 2018). Misalnya, komunikasi yang baik antara fakultas, unit IT, dan staf administratif sangat penting untuk mempromosikan konten digital yang akan berdampak pada kinerja pemeringkatan Webometrics.

  2. Peningkatan Keterlibatan Karyawan: Komunikasi internal yang efektif meningkatkan rasa keterlibatan dan kepemilikan di kalangan karyawan terhadap organisasi. Ketika karyawan merasa bahwa suara mereka didengar dan informasi disampaikan secara terbuka, mereka cenderung lebih termotivasi untuk berkontribusi di luar tugas formal mereka, yang dikenal sebagai Organizational Citizenship Behavior (OCB). OCB adalah perilaku sukarela yang sangat penting dalam meningkatkan kinerja organisasi secara keseluruhan, termasuk dalam mendukung tujuan strategis seperti pemeringkatan Webometrics (Podsakoff et al., 2000).

  3. Transparansi dan Kepercayaan: Komunikasi internal yang transparan membangun kepercayaan antara civitas akademika, tenaga pendidik atau dosen, mahasiswa dan karyawan yang bekerja di lingkungan Universitas. Dalam organisasi yang beroperasi dalam lingkungan kompleks seperti universitas, kepercayaan ini penting untuk memastikan bahwa semua anggota organisasi bekerja dengan informasi yang sama dan bergerak ke arah yang sama. Argenti (2015) menekankan bahwa komunikasi yang baik mencegah kesalahpahaman yang dapat menghambat kinerja organisasi.

  4. Penanganan Perubahan dan Krisis: Organisasi pendidikan seperti universitas sering menghadapi tantangan seperti perubahan kebijakan, pergeseran struktur organisasi, atau adaptasi terhadap teknologi baru. Komunikasi internal yang efektif adalah kunci untuk mengelola perubahan ini dengan lancar, memastikan bahwa semua anggota organisasi siap untuk menyesuaikan diri dan beradaptasi. Misalnya, ketika universitas memperbarui kebijakan terkait digitalisasi atau publikasi online, komunikasi yang baik akan memfasilitasi transisi yang lebih mulus dan mendorong partisipasi aktif dari civitas akademika, tenaga pendidik atau dose, mahasiswa dan karyawan.

  5. Mendukung Kinerja Webometrics: Di era digital, universitas sangat bergantung pada visibilitas online mereka untuk mencapai peringkat Webometrics yang lebih tinggi. Untuk mencapai tujuan ini, komunikasi internal berfungsi sebagai pendorong utama untuk melibatkan civitas akademika, tenaga pendidik atau dose, mahasiswa dan karyawan dalam mempromosikan universitas melalui media digital. Komunikasi yang efektif membantu civitas akademika, tenaga pendidik atau dose, mahasiswa dan karyawan memahami bagaimana kontribusi mereka terhadap pembuatan konten digital, penelitian, dan publikasi online dapat berdampak langsung pada peringkat Webometrics universitas.

Dalam konteks Universitas Lampung, komunikasi internal yang efektif menjadi faktor kunci dalam mendorong perilaku sukarela yang mendukung kinerja pemeringkatan Webometrics. Dengan sistem komunikasi yang baik, universitas dapat lebih mudah mencapai tujuan strategis, meningkatkan visibilitas global, dan membangun reputasi yang lebih kuat di tingkat internasional.

Model-Model Komunikasi dalam Organisasi

Dalam literatur komunikasi organisasi, terdapat tiga model utama yang menjelaskan proses komunikasi: model linear, interaksional, dan transaksional. Masing-masing model ini memberikan perspektif yang berbeda tentang bagaimana komunikasi berlangsung di dalam organisasi, termasuk universitas.

  1. Model Linear

Model linear adalah salah satu model komunikasi paling sederhana, yang dikembangkan oleh Shannon dan Weaver pada tahun 1949. Model ini menggambarkan komunikasi sebagai proses satu arah, di mana pengirim menyampaikan pesan melalui saluran kepada penerima. Model ini dianggap linear karena alur komunikasi berlangsung dari satu pihak ke pihak lain tanpa adanya umpan balik atau interaksi dari penerima. Di dalam organisasi, model ini sering diterapkan dalam situasi yang membutuhkan penyampaian instruksi atau informasi secara langsung, seperti komunikasi dari manajemen kepada karyawan (Robbins & Judge, 2018).

Elemen Model Linear:

  • Pengirim (Sender): Individu atau pihak yang memulai pesan.

  • Pesan (Message): Informasi atau instruksi yang disampaikan.

  • Saluran (Channel): Media komunikasi yang digunakan, seperti email, surat, atau presentasi.

  • Penerima (Receiver): Pihak yang menerima pesan.

Kelemahan Model Linear:

  • Tidak mempertimbangkan umpan balik dari penerima.

  • Terbatas dalam interaksi dua arah, yang sering dibutuhkan dalam organisasi modern.

  1. Model Interaksional

Model interaksional, dikembangkan oleh Schramm (1954), memperkenalkan konsep umpan balik dalam proses komunikasi. Model ini menggambarkan komunikasi sebagai proses dua arah, di mana pengirim dan penerima bergantian bertindak sebagai pengirim dan penerima pesan. Komunikasi dianggap sebagai rangkaian interaksi yang berlangsung secara bergantian. Model ini lebih kompleks daripada model linear karena memasukkan elemen konteks yang mempengaruhi interpretasi pesan. Dalam konteks organisasi, model ini relevan dalam diskusi dan rapat, di mana terjadi komunikasi dua arah antara manajemen dan karyawan.

Elemen Model Interaksional:

  • Umpan Balik (Feedback): Tanggapan dari penerima terhadap pesan yang disampaikan.

  • Konteks (Context): Faktor situasional yang mempengaruhi komunikasi, seperti latar belakang budaya dan sosial.

Keunggulan Model Interaksional:

  • Lebih dinamis karena memungkinkan interaksi dan respon.

  • Dapat mengatasi hambatan komunikasi dengan adanya umpan balik yang segera.

Kelemahan:

  • Masih memandang komunikasi sebagai proses yang bergantian, bukan bersamaan, yang kurang mencerminkan kompleksitas komunikasi nyata.

  1. Model Transaksional

Model transaksional adalah model komunikasi yang paling komprehensif dan menggambarkan komunikasi sebagai proses yang bersifat simultan, di mana pengirim dan penerima secara bersamaan mengirim dan menerima pesan. Dalam model ini, komunikasi dipandang sebagai aktivitas yang terjadi secara kontekstual dan dinamis, dengan setiap partisipan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh satu sama lain. Model transaksional sangat relevan dalam komunikasi organisasi modern, di mana komunikasi berlangsung secara terus-menerus dan melibatkan berbagai pihak sekaligus.

Elemen Model Transaksional:

  • Pengirim dan Penerima: Kedua pihak bertindak secara bersamaan sebagai pengirim dan penerima.

  • Lingkungan (Environment): Faktor eksternal yang mempengaruhi proses komunikasi, seperti budaya, struktur organisasi, dan teknologi.

Keunggulan Model Transaksional:

  • Menggambarkan komunikasi secara lebih realistis dan dinamis, sesuai dengan konteks organisasi modern.

  • Menekankan pentingnya interaksi simultan dan kontekstual antara berbagai pihak.

Kelemahan:

Kompleksitas model ini membutuhkan pemahaman yang lebih mendalam, terutama dalam lingkungan organisasi besar.

Penelitian yang berjudul "Pengembangan Model Komunikasi Organizational Citizenship Behavior (OCB) untuk Meningkatkan Kinerja Pemeringkatan Webometrics Universitas Lampung" sangat relevan dengan Teori Komunikasi Organisasi, yang berfokus pada bagaimana komunikasi dalam organisasi mempengaruhi perilaku dan kinerja civitas akademika, tenaga pendidik atau dosen, mahasiswa dan karyawan. Beberapa teori yang relevan dalam konteks ini adalah:

  1. Teori Komunikasi Organisasi oleh Jablin (1987)

Teori ini menekankan bahwa komunikasi dalam organisasi melibatkan interaksi yang dinamis antara berbagai tingkat manajemen dan karyawan. Proses komunikasi organisasi mencakup pembentukan dan penyebaran informasi, serta bagaimana pesan diterima dan diproses oleh anggota organisasi. Jablin mengklasifikasikan komunikasi organisasi ke dalam tiga kategori besar: internal (dalam organisasi), eksternal (di luar organisasi), dan pemasaran. Komunikasi internal sangat penting dalam menciptakan kejelasan peran dan keterlibatan karyawan, yang menjadi prasyarat bagi peningkatan Organizational Citizenship Behavior (OCB).

Dalam konteks penelitian ini, teori komunikasi Jablin menyoroti pentingnya koordinasi dan kolaborasi antara unit-unit dalam organisasi, terutama dalam meningkatkan visibilitas dan kinerja universitas di pemeringkatan Webometrics. Komunikasi internal yang baik memungkinkan civitas akademika, tenaga pendidik atau dosen, mahasiswa dan karyawan untuk berpartisipasi lebih aktif dalam kegiatan-kegiatan yang mendukung visi dan misi universitas, termasuk produksi konten digital dan promosi.

  1. Teori Komunikasi Dua Arah (Two-Way Communication)

Teori komunikasi dua arah berfokus pada proses komunikasi yang melibatkan umpan balik dari penerima pesan. Dalam organisasi, model ini relevan karena menciptakan komunikasi yang lebih efektif, di mana civitas akademika, tenaga pendidik atau dosen, mahasiswa dan karyawan tidak hanya menerima pesan tetapi juga memberikan tanggapan dan umpan balik kepada pimpinan universitas. Komunikasi dua arah membantu meningkatkan rasa keterlibatan dan kepercayaan di kalangan civitas akademika, tenaga pendidik atau dosen, mahasiswa dan karyawan, yang sangat penting dalam membentuk perilaku OCB.

Komunikasi dua arah juga membantu dalam membangun rasa memiliki (ownership) di antara civitas akademika, tenaga pendidik atau dosen, mahasiswa dan karyawan terhadap organisasi, terutama dalam konteks universitas. Misalnya, melalui saluran komunikasi yang terbuka, civitas akademika, tenaga pendidik atau dosen, mahasiswa dan karyawan dapat menyampaikan ide-ide kreatif yang berkontribusi pada pembuatan konten digital atau kegiatan promosi universitas yang berdampak positif pada kinerja Webometrics.

  1. Teori Media Richness (Daft & Lengel, 1986)

Teori Media Richness menyatakan bahwa efektivitas komunikasi bergantung pada kekayaan media yang digunakan. Media yang lebih kaya, seperti tatap muka atau video conference, memungkinkan pertukaran informasi yang lebih kompleks dan menyeluruh dibandingkan media yang kurang kaya seperti email atau memo tertulis. Dalam konteks organisasi, terutama universitas, memilih media komunikasi yang tepat untuk menyampaikan pesan penting tentang strategi pengelolaan konten digital, publikasi, dan promosi online sangat penting untuk meningkatkan efektivitas komunikasi dan partisipasi civitas akademika, tenaga pendidik atau dosen, mahasiswa dan karyawan.

Media yang tepat dalam menyampaikan pesan dapat mengurangi kesalahpahaman dan meningkatkan partisipasi civitas akademika, tenaga pendidik atau dosen, mahasiswa dan karyawan dalam kegiatan OCB yang berkontribusi pada kinerja Webometrics. Misalnya, penyampaian instruksi secara tatap muka atau melalui pertemuan daring yang interaktif akan lebih efektif dalam memotivasi civitas akademika, tenaga pendidik atau dosen, mahasiswa dan karyawan untuk terlibat dalam produksi konten digital universitas.

  1. Teori Kesenjangan Komunikasi (Communication Gap Theory)

Teori ini menjelaskan bagaimana kesenjangan dalam komunikasi dapat menghambat pemahaman yang tepat antara pengirim dan penerima pesan. Di dalam organisasi, komunikasi yang tidak jelas atau tidak lengkap dapat menimbulkan kesalahpahaman yang mengganggu koordinasi antar unit. Dalam konteks penelitian ini, kesenjangan komunikasi antara manajemen universitas dan civitas akademika, tenaga pendidik atau dosen, mahasiswa dan karyawan dapat mengurangi partisipasi civitas akademika, tenaga pendidik atau dosen, mahasiswa dan karyawan dalam kegiatan-kegiatan yang mendukung kinerja Webometrics. Meminimalkan kesenjangan komunikasi akan meningkatkan kejelasan peran civitas akademika, tenaga pendidik atau dosen, mahasiswa dan karyawan dalam mendukung strategi digital universitas, yang dapat meningkatkan perilaku OCB.

Organizational Citizenship Behavior (OCB)

Organizational Citizenship Behavior (OCB) adalah perilaku karyawan yang bersifat sukarela dan tidak diwajibkan secara formal oleh organisasi, tetapi memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan kerja dan kinerja organisasi. Menurut Podsakoff et al. (2000), OCB melibatkan perilaku seperti membantu rekan kerja (altruism), menunjukkan kesopanan (courtesy), memiliki dedikasi tinggi (conscientiousness), partisipasi aktif dalam kegiatan organisasi (civic virtue), dan menjaga sikap positif meskipun menghadapi tantangan (sportsmanship).

OCB memainkan peran penting dalam menciptakan lingkungan kerja yang positif dengan beberapa cara:

  1. Meningkatkan Kerja Sama Tim: Karyawan yang menunjukkan OCB, seperti membantu rekan kerja atau memberikan dukungan tanpa mengharapkan imbalan, memperkuat ikatan tim dan menciptakan budaya kolaboratif di dalam organisasi.

  2. Mendorong Produktivitas: Perilaku OCB yang tinggi memperkuat produktivitas organisasi secara keseluruhan karena karyawan cenderung menyelesaikan tugas-tugas mereka dengan lebih baik dan lebih efisien.

  3. Meningkatkan Kepuasan Kerja: Lingkungan kerja yang dipenuhi oleh perilaku OCB akan meningkatkan kepuasan kerja karena karyawan merasa lebih dihargai dan didukung. Kepuasan ini pada akhirnya meningkatkan keterlibatan mereka dalam mencapai tujuan organisasi.

  4. Mendukung Pencapaian Tujuan Strategis: Dalam konteks pendidikan tinggi, perilaku OCB sangat berkontribusi pada pencapaian tujuan institusi, seperti peningkatan pemeringkatan Webometrics. Civitas akademika, tenaga pendidik atau dosen, mahasiswa dan karyawan yang terlibat secara sukarela dalam kegiatan promosi universitas atau pembuatan konten digital berkontribusi secara signifikan terhadap visibilitas dan reputasi institusi.

OCB berfungsi sebagai katalis untuk menciptakan lingkungan kerja yang lebih kolaboratif, produktif, dan mendukung tujuan organisasi secara lebih efektif. Dalam konteks penelitian ini, OCB sangat penting dalam meningkatkan kinerja pemeringkatan Webometrics di Universitas Lampung, di mana civitas akademika, tenaga pendidik atau dosen, mahasiswa dan karyawan didorong untuk berkontribusi di luar tugas formal mereka untuk mendukung visibilitas digital universitas.

Dimensi-dimensi OCB

Podsakoff et al. (2000) mengklasifikasikan OCB menjadi lima dimensi utama yang menggambarkan perilaku sukarela karyawan yang mendukung efektivitas organisasi. Berikut adalah pembahasan mengenai dimensi-dimensi tersebut:

  1. Altruism

Altruism merujuk pada perilaku membantu rekan kerja atau anggota organisasi lainnya tanpa mengharapkan imbalan. Contohnya adalah membantu menyelesaikan tugas rekan yang kesulitan atau berpartisipasi dalam kegiatan sukarela untuk mendukung kepentingan organisasi (Podsakoff et al., 2000). Altruism berkontribusi pada terciptanya lingkungan kerja yang saling mendukung, di mana karyawan saling membantu untuk memastikan tujuan bersama tercapai.

  1. Civic Virtue

Civic virtue adalah partisipasi aktif karyawan dalam kegiatan organisasi di luar peran formal mereka. Ini mencakup keterlibatan dalam diskusi tentang kebijakan organisasi, menghadiri rapat yang tidak wajib, atau berpartisipasi dalam kegiatan promosi organisasi. Dalam konteks universitas, civic virtue dapat diwujudkan melalui partisipasi aktif karyawan dalam kegiatan yang mendukung Webometrics, seperti pembuatan konten digital atau penyebaran informasi tentang universitas di media sosial.

  1. Sportsmanship

Sportsmanship menggambarkan sikap positif dan kemampuan karyawan untuk tetap produktif meskipun menghadapi situasi yang kurang menguntungkan. Karyawan yang menunjukkan sportsmanship cenderung tidak mengeluh atau menciptakan konflik di tempat kerja, meskipun dihadapkan pada tantangan atau ketidaknyamanan. Dimensi ini penting dalam menciptakan suasana kerja yang harmonis dan mengurangi gesekan antarindividu di dalam organisasi.

  1. Courtesy

Courtesy merujuk pada perilaku karyawan yang mencegah munculnya konflik dengan menjaga sopan santun dan etika dalam berinteraksi dengan rekan kerja. Karyawan yang menunjukkan courtesy secara aktif menghindari perilaku yang dapat menimbulkan masalah bagi orang lain dan selalu mempertimbangkan dampak dari tindakan mereka terhadap rekan kerja.

  1. Conscientiousness

Conscientiousness adalah tingkat kesadaran dan tanggung jawab karyawan dalam melaksanakan tugas mereka melebihi ekspektasi minimum. Karyawan yang memiliki conscientiousness tinggi cenderung disiplin, mengikuti aturan, dan menyelesaikan tugas lebih dari yang diminta tanpa pengawasan yang ketat.

Kelima dimensi OCB ini menciptakan fondasi yang kuat bagi peningkatan kinerja organisasi. Dalam konteks Universitas Lampung, peningkatan OCB di antara karyawan berkontribusi pada kinerja pemeringkatan Webometrics yang lebih baik dengan meningkatkan partisipasi dalam kegiatan digital dan promosi universitas.

Pengaruh OCB terhadap Kinerja Organisasi

Organizational Citizenship Behavior (OCB) berperan penting dalam meningkatkan kinerja organisasi dengan mempengaruhi tiga aspek utama: produktivitas, kolaborasi, dan kepuasan kerja.

  1. Produktivitas: Karyawan yang menunjukkan OCB cenderung bekerja lebih dari yang diharapkan, membantu rekan kerja, dan menyelesaikan tugas secara efisien. OCB mendorong karyawan untuk berinisiatif dan memberikan kontribusi ekstra, yang secara langsung meningkatkan produktivitas organisasi (Podsakoff et al., 2000).

  2. Kolaborasi: OCB, seperti altruism dan courtesy, meningkatkan kerja sama tim dengan menciptakan lingkungan kerja yang saling mendukung. Karyawan yang secara sukarela membantu satu sama lain mendorong kolaborasi dan mengurangi konflik dalam organisasi (Robbins & Judge, 2018).

  3. Kepuasan Kerja: OCB menciptakan lingkungan kerja yang positif, di mana karyawan merasa dihargai dan termotivasi. Dengan adanya perilaku sukarela seperti civic virtue dan sportsmanship, karyawan lebih puas dengan pekerjaannya, yang pada gilirannya meningkatkan keterlibatan dan loyalitas mereka terhadap organisasi.

.

Dalam konteks Universitas Lampung, OCB berperan penting dalam meningkatkan kinerja pemeringkatan Webometrics. Karyawan yang terlibat dalam perilaku sukarela akan lebih mungkin berpartisipasi aktif dalam kegiatan yang mendukung visibilitas online universitas, seperti mempromosikan universitas, membuat konten digital, dan berkontribusi pada publikasi ilmiah.

OCB memiliki dampak signifikan dalam mendorong kinerja organisasi melalui produktivitas yang lebih tinggi, kolaborasi yang lebih baik, dan kepuasan kerja yang meningkat, yang sangat relevan dalam konteks pemeringkatan Webometrics di universitas.

Definisi dan Tujuan Webometrics

Webometrics adalah sistem pemeringkatan yang dirancang untuk mengukur visibilitas dan dampak online universitas di seluruh dunia. Pemeringkatan ini pertama kali diperkenalkan oleh Cybermetrics Lab, sebuah kelompok riset yang berafiliasi dengan Spanish National Research Council (CSIC). Webometrics menilai seberapa baik universitas memanfaatkan platform digital untuk menyebarkan informasi dan mempublikasikan hasil riset.

Tujuan Webometrics adalah untuk mendorong universitas agar meningkatkan keterbukaan akses, visibilitas akademik, dan kontribusi ilmiah mereka di dunia digital. Pemeringkatan ini membantu universitas meningkatkan kehadiran online mereka dengan cara yang relevan untuk audiens global, serta mendorong inovasi dalam bidang digitalisasi pendidikan tinggi (Aguillo, 2010).

Dalam konteks Universitas Lampung, Webometrics memberikan panduan untuk meningkatkan reputasi global melalui visibilitas online. OCB memainkan peran penting dalam mendukung pemeringkatan ini, di mana civitas akademika, tenaga pendidik atau dosen, mahasiswa dan karyawan dapat terlibat dalam pembuatan konten digital yang relevan, publikasi ilmiah, dan kegiatan promosi yang berkontribusi pada peningkatan peringkat universitas.

Indikator Pemeringkatan Webometrics

Webometrics menggunakan empat indikator utama untuk mengevaluasi visibilitas dan dampak online universitas. Setiap indikator ini dirancang untuk mengukur berbagai aspek dari kehadiran digital universitas dan kualitas kontribusi akademiknya.

Gambar 2. Indikator terkini Pemeringkatan Webometrics (https://www.webometrics.info/en/Methodology)

  1. Presence

Mengukur jumlah halaman web yang dihasilkan oleh universitas dan tersedia di domain utamanya. Halaman-halaman ini mencakup konten akademik, administrasi, dan berbagai informasi lain yang berkontribusi terhadap keberadaan digital universitas. Presence adalah gambaran sejauh mana universitas aktif di internet.

  1. Visibility (web content Impact)

Mengukur visibilitas dan dampak online universitas berdasarkan jumlah backlink (tautan balik) dari situs web eksternal. Semakin banyak situs yang menautkan ke konten web universitas, semakin tinggi dampak yang dihasilkan. Ini mencerminkan pentingnya konten yang dihasilkan universitas di dunia digital.

  1. Transparency or Openness

Indikator ini mengukur keterbukaan akses terhadap dokumen akademik yang dipublikasikan oleh universitas, seperti artikel, tesis, bahan ajar, dan makalah penelitian. Openness mendorong universitas untuk berpartisipasi dalam Open Access (akses terbuka), yang memungkinkan publikasi ilmiah dapat diakses oleh siapapun tanpa hambatan.

  1. Excellence or Scholar

Mengukur kualitas penelitian universitas dengan melihat publikasi yang terindeks dalam jurnal ilmiah internasional bereputasi tinggi. Indikator ini menilai Excellence berdasarkan kontribusi akademik dalam penelitian yang sangat berpengaruh, yang diukur melalui kuantitas publikasi di jurnal-jurnal top.

Kinerja Webometrics sangat dipengaruhi oleh kontribusi aktif karyawan dalam pembuatan konten digital dan publikasi ilmiah. Organizational Citizenship Behavior (OCB) memainkan peran penting dalam mendukung hal ini, di mana karyawan yang memiliki OCB tinggi cenderung berpartisipasi secara sukarela dalam promosi dan pengembangan konten universitas yang meningkatkan kehadiran digitalnya.

Hubungan antara OCB dan Kinerja Pemeringkatan Webometrics

Organizational Citizenship Behavior (OCB) berperan signifikan dalam mendukung kinerja pemeringkatan Webometrics karena perilaku sukarela civitas akademika, tenaga pendidik atau dosen, mahasiswa dan karyawan berkontribusi pada beberapa aspek penting:

  1. Pembuatan Konten Digital: Civitas akademika, tenaga pendidik atau dosen, mahasiswa dan karyawan yang memiliki tingkat OCB tinggi sering kali mengambil inisiatif untuk berkontribusi pada pembuatan dan pembaruan konten digital universitas. Ini secara langsung meningkatkan Presence, yang merupakan salah satu indikator utama dalam Webometrics.

  2. Promosi Online: OCB mendorong civitas akademika, tenaga pendidik atau dosen, mahasiswa dan karyawan untuk secara aktif mempromosikan universitas melalui platform online seperti media sosial dan blog. Partisipasi dalam promosi ini meningkatkan Impact dan visibilitas universitas di tingkat global.

  3. Publikasi Ilmiah: Civitas akademika, tenaga pendidik atau dosen, mahasiswa dan karyawan yang terlibat dalam OCB cenderung terlibat secara sukarela dalam kegiatan akademik, termasuk membantu dalam penelitian dan publikasi ilmiah. Ini meningkatkan Excellence universitas dengan meningkatkan jumlah publikasi di jurnal ilmiah internasional bereputasi, yang juga mendukung peringkat Webometrics.

Dalam konteks Universitas Lampung, OCB civitas akademika, tenaga pendidik atau dosen, mahasiswa dan karyawan dapat mempercepat tercapainya tujuan visibilitas digital yang lebih tinggi dan pengakuan global, yang diperlukan untuk meningkatkan peringkat Webometrics.

Kerangka Pikir

Kerangka pikir dalam penelitian "Pengembangan Model Komunikasi Organizational Citizenship Behavior (OCB) untuk Meningkatkan Kinerja Pemeringkatan Webometrics Universitas Lampung" menggambarkan hubungan antara tiga variabel utama:

  1. Komunikasi Internal: Sebagai variabel independen (X), komunikasi internal yang efektif mendukung penyampaian informasi, keterlibatan civitas akademika, tenaga pendidik atau dosen, mahasiswa dan karyawan, dan membangun kepercayaan dalam organisasi.

  2. OCB (Organizational Citizenship Behavior): OCB berfungsi sebagai variabel mediasi (Y1) yang terpengaruh oleh komunikasi internal. Ketika komunikasi berjalan dengan baik, karyawan lebih cenderung menunjukkan OCB, seperti membantu rekan kerja, berkontribusi pada kegiatan universitas, dan terlibat dalam promosi.

  3. Kinerja Webometrics: Kinerja Webometrics menjadi variabel dependen (Y2) yang dipengaruhi oleh kontribusi civitas akademika, tenaga pendidik atau dosen, mahasiswa dan karyawan dalam menciptakan konten digital, publikasi, dan promosi online. Civitas akademika, tenaga pendidik atau dosen, mahasiswa dan karyawan yang memiliki tingkat OCB tinggi akan secara sukarela terlibat dalam aktivitas yang mendukung peningkatan visibilitas dan peringkat universitas.

Berikut adalah visualisasi sederhana dari bagan kerangka pikir:

Komunikasi Internal (X)

Organizational Citizenship Behavior (OCB) (Y1)

Kinerja Webometrics (Y2)

METODE PENELITIAN

Tipe Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode mixed method, yang menggabungkan pendekatan kuantitatif dan kualitatif untuk menggali hubungan antara komunikasi internal, Organizational Citizenship Behavior (OCB), dan kinerja Webometrics. Pendekatan ini dirancang untuk memberikan pemahaman komprehensif tentang fenomena yang kompleks melalui pengumpulan dan analisis data numerik serta wawasan mendalam dari perspektif civitas akademika, tenaga pendidik atau dosen, mahasiswa dan karyawan.

  1. Kuantitatif: Menggunakan kuesioner terstruktur untuk mengukur variabel komunikasi internal, OCB, dan kinerja Webometrics. Data dianalisis dengan statistik deskriptif, regresi berganda, dan korelasi untuk melihat hubungan antar variabel.

  2. Kualitatif: Menggunakan wawancara mendalam untuk memahami persepsi dan pengalaman civitas akademika, tenaga pendidik atau dosen, mahasiswa dan karyawan terkait komunikasi internal dan OCB dalam mendukung kinerja Webometrics. Data kualitatif dianalisis dengan teknik analisis tematik untuk mengidentifikasi tema-tema penting dari wawancara.

Metode ini memungkinkan penelitian tidak hanya untuk mengukur hubungan kuantitatif terlebih dahulu melalui kuesioner, tetapi juga menggali secara mendalam alasan di balik hubungan tersebut melalui wawancara kualitatif. Pendekatan kuantitatif memberikan data yang terukur, sementara pendekatan kualitatif menambahkan dimensi pemahaman yang lebih mendalam, memberikan gambaran lebih holistik tentang bagaimana komunikasi internal mempengaruhi OCB dan kinerja Webometrics.

Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Universitas Lampung, sebuah institusi pendidikan tinggi di Indonesia yang memiliki struktur organisasi yang terdiri dari Tenaga Pendidik (Dosen) dan Tenaga Kependidikan (Karyawan). Sivitas akademika Unila yang terlibat dalam proses pengajaran dan penelitian, sementara karyawan Tenaga Kependidikan (Karyawan) mencakup staf administrasi dan teknis yang berperan dalam pengelolaan sistem universitas, termasuk komunikasi internal dan pengelolaan konten digital.

Universitas Lampung dipilih sebagai lokasi penelitian karena sedang fokus meningkatkan kinerja pemeringkatan Webometrics, yang mengukur visibilitas dan dampak digital universitas. Para sivitas akademika Unila ini berperan dalam pembuatan konten digital, publikasi, dan promosi online yang berkontribusi pada peningkatan visibilitas universitas di dunia maya.

Penelitian akan berfokus pada bagaimana komunikasi internal di antara karyawan berkontribusi pada Organizational Citizenship Behavior (OCB), yang kemudian berdampak pada kinerja Webometrics. Civitas akademika, tenaga pendidik atau dosen, mahasiswa dan karyawan yang terlibat dalam pengelolaan komunikasi internal dan konten digital universitas menjadi informan utama dalam penelitian ini, karena mereka memiliki peran penting dalam membangun visibilitas online universitas melalui pembuatan dan pengelolaan konten yang berkualitas.

Fokus Penelitian

Fokus utama penelitian ini adalah mengeksplorasi tiga variabel kunci: efektivitas komunikasi internal, Organizational Citizenship Behavior (OCB), dan kontribusi karyawan terhadap kinerja Webometrics di Universitas Lampung.

  1. Efektivitas Komunikasi Internal: Penelitian meneliti bagaimana komunikasi internal yang baik dapat meningkatkan kejelasan informasi, keterlibatan karyawan, dan koordinasi dalam organisasi. Komunikasi yang efektif dipandang sebagai faktor yang mendorong karyawan untuk berpartisipasi lebih aktif dalam kegiatan yang mendukung visibilitas universitas.

  2. Organizational Citizenship Behavior (OCB): Fokus ini mengeksplorasi sejauh mana karyawan menunjukkan perilaku sukarela yang tidak diatur dalam deskripsi pekerjaan formal mereka, tetapi memberikan dampak positif bagi organisasi. Penelitian bertujuan untuk melihat bagaimana komunikasi internal dapat memotivasi karyawan untuk terlibat dalam perilaku OCB, seperti membantu rekan kerja, berpartisipasi dalam promosi universitas, atau terlibat dalam proyek non-formal.

  3. Kontribusi Karyawan terhadap Kinerja Webometrics: Fokus ini berhubungan dengan bagaimana OCB karyawan berkontribusi terhadap kinerja pemeringkatan Webometrics. Pemeringkatan Webometrics sangat dipengaruhi oleh visibilitas dan reputasi digital universitas. Karyawan yang terlibat dalam pembuatan konten digital, promosi universitas, dan publikasi ilmiah dapat secara signifikan meningkatkan peringkat Webometrics universitas.

Hubungan Antar Variabel:

Penelitian ini akan mengeksplorasi bagaimana komunikasi internal mempengaruhi OCB, dan bagaimana OCB berkontribusi pada peningkatan kinerja Webometrics melalui keterlibatan aktif karyawan dalam kegiatan digital yang meningkatkan visibilitas online universitas.

Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data primer yang dikumpulkan melalui kuesioner dan wawancara dengan karyawan Universitas Lampung, baik dari kalangan akademik maupun non-akademik.

  1. Kuesioner

Instrumen ini digunakan untuk mengukur persepsi karyawan mengenai efektivitas komunikasi internal, tingkat OCB, dan kontribusi mereka terhadap kinerja Webometrics. Pertanyaan dalam kuesioner dirancang dengan skala Likert untuk memudahkan analisis kuantitatif.

  1. Wawancara

Wawancara mendalam dilakukan dengan beberapa informan kunci untuk mendapatkan data kualitatif tentang pengalaman dan persepsi mereka terkait komunikasi internal dan OCB, serta bagaimana hal tersebut berkontribusi pada kinerja Webometrics universitas.

Manfaat Penggunaan Data Primer:

  • Kuesioner memberikan data kuantitatif yang dapat dianalisis secara statistik untuk menemukan hubungan antar variabel.

  • Wawancara memungkinkan eksplorasi mendalam mengenai pemahaman dan motivasi karyawan terkait perilaku sukarela dan komunikasi dalam organisasi.

Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari berbagai dokumen dan laporan resmi yang relevan untuk memahami konteks kinerja Webometrics Universitas Lampung, komunikasi internal, dan kebijakan organisasi. Sumber-sumber data sekunder ini meliputi:

  1. Laporan Kinerja Webometrics

Meliputi data pemeringkatan Webometrics universitas, yang menunjukkan posisi universitas dalam peringkat global berdasarkan visibilitas dan dampak online.

  1. Laporan Internal Universitas

Laporan ini mencakup evaluasi tahunan terkait kinerja digital, publikasi ilmiah, dan aktivitas promosi universitas.

  1. Kebijakan Komunikasi Internal

Dokumen ini berisi kebijakan, prosedur, dan pedoman komunikasi internal yang diimplementasikan oleh manajemen untuk memastikan alur komunikasi yang efektif di seluruh universitas.

Peran Data Sekunder dalam Penelitian:

Data sekunder digunakan untuk memberikan konteks, menilai implementasi kebijakan, dan mengevaluasi efektivitas strategi yang telah ada. Dengan data ini, peneliti dapat membandingkan antara kebijakan yang diterapkan dan kinerja aktual universitas, serta mengidentifikasi potensi perbaikan.

Kriteria Informan dan Penentuan Informan

Penelitian ini menggunakan informan dari dua kelompok utama di Universitas Lampung:

  1. Staf Akademik (Dosen)

Dosen yang terlibat dalam pembuatan dan publikasi konten akademik digital, seperti artikel ilmiah, publikasi di jurnal, dan bahan ajar online. Mereka dipilih karena berperan dalam meningkatkan kinerja Webometrics, terutama dalam indikator Excellence or Scholar dan Transparency or Openness.

  1. Staf Non-Akademik (Karyawan)

Karyawan yang terlibat dalam pengelolaan komunikasi internal, pengelolaan website universitas, dan promosi digital. Mereka memiliki peran penting dalam meningkatkan visibilitas universitas melalui Presence dan Visibility di Webometrics.

Dalam penelitian ini, purposive sampling digunakan untuk menentukan informan yang memiliki karakteristik tertentu yang relevan dengan tujuan penelitian. Teknik ini memungkinkan peneliti untuk memilih informan secara strategis berdasarkan pengetahuan mereka tentang komunikasi internal, Organizational Citizenship Behavior (OCB), dan kinerja pemeringkatan Webometrics di Universitas Lampung. Informan dipilih berdasarkan:

  1. Peran dalam Pengelolaan Konten Digital: Staf Akademik yang terlibat dalam publikasi ilmiah dan karyawan yang bertanggung jawab atas pengelolaan situs web dan media sosial universitas.

  2. Keterlibatan dalam Promosi Universitas: Karyawan non-akademik yang memiliki tanggung jawab dalam mempromosikan universitas melalui platform digital.

Keunggulan Purposive Sampling:

  • Memastikan bahwa informan memiliki pengetahuan spesifik yang relevan dengan fokus penelitian.

  • Menghemat waktu dengan fokus pada kelompok yang paling berkontribusi terhadap variabel yang diteliti.

Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, kuesioner digunakan sebagai alat utama untuk mengukur persepsi karyawan terkait tiga variabel penting: komunikasi internal, Organizational Citizenship Behavior (OCB), dan kontribusi mereka terhadap kinerja Webometrics.

  1. Komunikasi Internal

Kuesioner dirancang untuk mengevaluasi efektivitas komunikasi internal dalam organisasi, termasuk aspek keterbukaan informasi, kejelasan pesan, dan frekuensi komunikasi.

  1. Organizational Citizenship Behavior (OCB)

Pertanyaan kuesioner akan mengukur dimensi OCB, seperti altruism, civic virtue, dan sportsmanship, dengan fokus pada perilaku sukarela yang mendukung lingkungan kerja dan kinerja universitas.

  1. Kontribusi terhadap Kinerja Webometrics

Kuesioner akan mengevaluasi seberapa besar kontribusi karyawan dalam pembuatan konten digital, publikasi ilmiah, dan promosi universitas yang mempengaruhi visibilitas dan reputasi online universitas.

Skala Likert digunakan dalam kuesioner ini untuk memudahkan responden dalam memberikan jawaban yang dapat diukur secara statistik. Dengan menggunakan data dari kuesioner, analisis kuantitatif dapat dilakukan untuk melihat hubungan antara komunikasi internal, OCB, dan kontribusi terhadap Webometrics.

Wawancara digunakan dalam penelitian ini untuk menggali lebih dalam pengalaman dan persepsi karyawan terkait komunikasi internal dan partisipasi mereka dalam kegiatan yang mendukung kinerja pemeringkatan Webometrics Universitas Lampung.

  1. Komunikasi Internal

Wawancara bertujuan untuk memahami sejauh mana karyawan merasa terlibat dalam komunikasi internal universitas, apakah informasi disampaikan secara efektif, dan apakah mereka merasa memiliki akses untuk memberikan umpan balik.

  1. Partisipasi dalam Peningkatan Webometrics

Wawancara juga akan mengeksplorasi bagaimana karyawan berpartisipasi dalam kegiatan seperti pembuatan konten digital, publikasi ilmiah, dan promosi universitas. Penelitian ini akan mengidentifikasi motivasi dan hambatan yang dihadapi karyawan dalam berpartisipasi dalam aktivitas yang berkontribusi pada peningkatan peringkat Webometrics.

Wawancara ini dilakukan dengan pendekatan semi-terstruktur, di mana ada panduan pertanyaan utama tetapi fleksibel, memungkinkan informan untuk mengungkapkan pandangan mereka secara lebih luas.

Wawancara memberikan wawasan kualitatif yang mendalam mengenai mekanisme internal, khususnya bagaimana komunikasi internal mempengaruhi keterlibatan sukarela karyawan (OCB) dalam meningkatkan visibilitas universitas.

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri dari analisis kualitatif dan kuantitatif. Penggunaan kedua teknik ini sangat penting untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang fenomena yang sedang diteliti.

  1. Analisis Kuantitatif

Dalam penelitian ini, analisis kuantitatif digunakan untuk mengevaluasi hubungan antara komunikasi internal, Organizational Citizenship Behavior (OCB), dan kinerja pemeringkatan Webometrics. Teknik analisis yang akan digunakan mencakup statistik deskriptif, uji validitas dan reliabilitas, regresi linear berganda, uji korelasi Pearson, serta uji mediasi jika diperlukan.

Dengan menggunakan kombinasi teknik analisis ini, penelitian diharapkan dapat memberikan wawasan yang mendalam mengenai hubungan antara komunikasi internal, OCB, dan kinerja pemeringkatan Webometrics di Universitas Lampung. Pendekatan ini tidak hanya memberikan data kuantitatif yang dapat diukur, tetapi juga membantu dalam memahami dinamika yang terjadi di dalam organisasi.

  1. Analisis Kualitatif

Dalam penelitian ini, analisis kualitatif dilakukan dengan menggunakan analisis tematik untuk mengidentifikasi tema utama dari data wawancara yang telah dikumpulkan. Analisis tematik adalah metode yang efektif untuk menganalisis data kualitatif, terutama dalam konteks wawancara, di mana peneliti berusaha untuk menemukan pola dan tema yang muncul dari pengalaman dan pandangan responden.

Dengan menggunakan analisis tematik, penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan yang komprehensif mengenai hubungan antara komunikasi internal, OCB, dan kinerja pemeringkatan Webometrics di Universitas Lampung.

.

Teknik Keabsahan Data

Dalam penelitian ini, triangulasi metode digunakan sebagai teknik untuk memvalidasi hasil penelitian melalui kombinasi data kuantitatif dan kualitatif. Triangulasi adalah pendekatan yang menggabungkan berbagai metode pengumpulan data untuk mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif dan akurat mengenai fenomena yang diteliti. Dengan menggunakan triangulasi, peneliti dapat memastikan bahwa hasil yang diperoleh tidak hanya bergantung pada satu sumber atau metode, tetapi merupakan hasil dari berbagai perspektif yang saling melengkapi.

Menurut Patton, triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif (Moleong, 2007:29). Dengan demikian, triangulasi metode menjadi alat yang penting dalam penelitian ini untuk memastikan keabsahan data dan memberikan gambaran yang lebih komprehensif mengenai hubungan antara komunikasi internal, OCB, dan kinerja pemeringkatan Webometrics di Universitas Lampung.

Uji reliabilitas dan validitas digunakan untuk memastikan konsistensi dan keakuratan hasil penelitian. Kedua konsep ini sangat penting dalam menjamin bahwa instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dapat dipercaya dan memberikan hasil yang sesuai dengan tujuan penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Argenti, P. A. 2015. “Corporate Communication”. McGraw-Hill Education.

Aguillo, I. F. 2010. “Cybermetrics: Webometrics Rankings of World Universities”.

Podsakoff, P. M., MacKenzie, S. B., Paine, J. B., & Bachrach, D. G. (2000).

Organizational Citizenship Behaviors: “A Critical Review of the Theoretical and Empirical Literature and Suggestions for Future Research”. Journal of Management, 26 (3), 513-563.

Robbins, S. P., & Judge, T. A. 2018. “Organizational Behavior (18th ed.)”. Pearson.

Schramm, W. 1954. “How Communication Works”. University of Illinois Press.

Shannon, C. E., & Weaver, W. (1949). “The Mathematical Theory of Communication”. University of Illinois Press.

Jablin, F. M. 1987. “Organizational Communication: An Assimilation Approach”. In Handbook of Organizational Communication. Sage Publications.

Daft, R. L., & Lengel, R. H. 1986. “Organizational Information Requirements, Media Richness and Structural Design”. Management Science, 32(5), 554-571.

Creswell, J. W., & Plano Clark, V. L. 2017. “Designing and Conducting Mixed Methods Research”. Sage Publications.

Palinkas, L. A., et al. 2015. Purposeful Sampling for Qualitative Data Collection and Analysis in Mixed Method Implementation Research.

Tina Kartika. 2020. "Efektivitas Komunikasi Organisasi di Universitas Lampung". Jurnal Komunikasi dan Pendidikan, 11 (2), 95-104.

Last updated